Taktik Barcelona
Jordi Roura membuat perubahan taktik yang revolusioner dengan
mengubah posisi David Villa. Barcelona pun kembali superior dengan
menyikat AC Milan dengan telak: 4-0.
"Kita harus menemukan keseimbangan di antara intensitas, motivasi dan tekanan, tapi tidak sampai membuat kesalahan yang gegabah. Dua gol bisa datang dengan sangat cepat di pertandingan pertama dan mereka bisa begitu sabar setelah itu. Kita harus tetap tenang dan tidak kehilangan akal dan kendali. Bahkan kita akan membuat perubahan yang revolusioner di taktik," ujar Jordi roura dalam wawancaranya sebelum pertandingan
Pada pertandingan malam tadi, Roura membuktikan ucapannya saat membawa Barcelona melaju ke perempat final Liga Champions, dan mengalahkan Milan yang kebingungan dengan taktiknya sendiri. Berbeda dengan leg pertama di San Siro, para gelandang AC Milan tidak terorganisir dan terlihat seperti tidak tahu cara bermain melawan Barcelona.
Menang 4-0 di Nou Camp dengan agregat 4-2, Barca merevisi rekor mereka sendiri -- 8 kali tak terkalahkan melawan AC Milan di tanah Spanyol -- sekaligus memperpanjang rekor buruk Milan di kompetisi ini. Klub Italia itu tak pernah menang saat kebobolan lebih dahulu di 10 menit awal.
Formasi 3-3-4 vs 4-3-3
Memakai pola 3-3-4, Roura menempatkan Messi pada peran No. 10 dengan David Villa sebagai No 9. Milan menggunakan sistem mereka yang sering digunakan di San Siro. Roura memilih meninggalkan Cesc Fabregas di bangku cadangan, setelah kombinasinya dengan Iniesta di laga pertama tidak efektif.
"Kita harus menemukan keseimbangan di antara intensitas, motivasi dan tekanan, tapi tidak sampai membuat kesalahan yang gegabah. Dua gol bisa datang dengan sangat cepat di pertandingan pertama dan mereka bisa begitu sabar setelah itu. Kita harus tetap tenang dan tidak kehilangan akal dan kendali. Bahkan kita akan membuat perubahan yang revolusioner di taktik," ujar Jordi roura dalam wawancaranya sebelum pertandingan
Pada pertandingan malam tadi, Roura membuktikan ucapannya saat membawa Barcelona melaju ke perempat final Liga Champions, dan mengalahkan Milan yang kebingungan dengan taktiknya sendiri. Berbeda dengan leg pertama di San Siro, para gelandang AC Milan tidak terorganisir dan terlihat seperti tidak tahu cara bermain melawan Barcelona.
Menang 4-0 di Nou Camp dengan agregat 4-2, Barca merevisi rekor mereka sendiri -- 8 kali tak terkalahkan melawan AC Milan di tanah Spanyol -- sekaligus memperpanjang rekor buruk Milan di kompetisi ini. Klub Italia itu tak pernah menang saat kebobolan lebih dahulu di 10 menit awal.
Formasi 3-3-4 vs 4-3-3
Memakai pola 3-3-4, Roura menempatkan Messi pada peran No. 10 dengan David Villa sebagai No 9. Milan menggunakan sistem mereka yang sering digunakan di San Siro. Roura memilih meninggalkan Cesc Fabregas di bangku cadangan, setelah kombinasinya dengan Iniesta di laga pertama tidak efektif.
Salah satu perubahan taktik revolusioner yang disebutkan Roura dalam wawancaranya adalah penempatan Villa. Ia seakan menghadirkan kembali permainan Barca 2-3 tahun lalu yang bermain dengan seorang No. 9 murni dalam diri Samuel Eto'o.
Kehadiran Villa di sisi kiri lapangan memaksa Kevin Constant sesekali keluar untuk membantu pertahanan Milan. Hal ini membuat Dani Alves terlepas dari penjagaan sehingga tercipta ruang kepada Messi.
Kehadiran Villa pun mempengaruhi peran Massimo Ambrossini. Di pertandingan pertama, Messi yang berperan sebagai false nine sangat mudah ditutup geraknya oleh salah satu pemain paling senior Milan itu. Hal ini berubah dengan adanya Villa. Ambrossini yang tidak mengatur lini tengah dengan baik juga meninggalkan lubang untuk dieksploitasi Xavi dan Iniesta.
Ditempatkannya Pedro di sisi kiri luar dan Alves di sisi kanan ini juga membuat sisi pertahanan Milan merenggang. Barca benar-benar memanfaatkan lebar lapangan bermain untuk membuat pertahanan Milan limbung. Hal ini terlihat dari pergerakan Alves yang memang menyusuri pinggir lapangan dan tidak menusuk masuk.
Yang bermain kompllit adalah Pedro Rodriguez. Selain berhasil memanfaatkan lebar lapangan, ia juga banyak melakukan turnover penting. Bahkan gol kedua di gawang Milan lahir dari hasil dari turnover pedro yang memanfaatkan kesalahan Ambrosini.
(Barca memainkan formasi 3-3-4 yang terkadang menjadi 2-3-5. Sementara Milan mempertahankan formasi 4-3-3 yang sering digunakan di San Siro.)
Jeniusnya Messi
Peluit panjang pembuka jadi pertanda buruk untuk Rossoneri. Barcelona menempatkan Villa untuk menarik lini pertahanan Milan keluar dari sepertiga lapangan terakhir sehingga ruang gerak Messi menjadi lebih besar. Bahkan Barca hanya butuh lima menit untuk membuat Milan kebingungan.
Messi mencetak sebuah gol cantik untuk mengembalikan mental memenangkan pertandingan. Sekali lagi, pertahanan Milan tidak paham cara menutup Messi dengan cukup cepat saat si pemain terbaik dunia itu berada di area bermainnya.
Grafik Percobaan ke Arah Gawang Lionel Messi
Di laga ini Messi menemukan permainan terbaiknya. Ia juga mendapatkan ruang dan menerima umpan lebih banyak dibanding di leg pertama. Bahkan, di babak pertama, tiga percobaan Messi ke gawang Milan berhasil dikonversi menjadi 2 gol.
Mexes, yang ditugaskan untuk menjaga Messi, tidak sehebat di pertandingan pertama, ketika berhasil menutup rapat pergerakan Messi, sementara Zapata yang membantu menutup pergerakan Mexes.
Kecerdasan Barca
Kegagalan Barcelona untuk membuat overloads serangan jadi inti masalah mereka di San Siro. Hal itu berbeda dengan pertandingan semalam. Strategi cerdas Allegri dengan membuat pertahanan yang rapat, mematikan Fabregas dan Iniesta, menutup rapat Messi, mengandalkan serangan balik, membuat bola panjang dan memotong lini pertahanan, memanfaatkan bola mati dan sesekali mendapatkan keberuntungan, tak muncul pada pertandingan kali ini.
Sementara di sisi satunya Barcelona tampil sangat tenang dan kembali ke bentuk aslinya. Mereka mampu memaksa lini pertahanan lawan untuk keluar sampai ke tengah lapang. Milan akhirnya keluar dari pola pertandingan di leg pertamanya, yang berhasil menutup rapat pergerakan Barca di sepertiga lapangan terakhir mereka.
Barca pun membuat permainan ini begitu cerdas dengan memainkan Villa sebagai pengalihan serta membuat Messi sebagai penghubung lini tengah dan metronom taktik mereka.
Uniknya, masalah menjaga ritme pertandingan ini tak hanya dilakukan oleh para pemain Barca. Tak jarang terlihat bagaimana ballboy juga ikut mempertahankan tempo permainan Blaugrana. Ketika bola keluar garis gawang, para ballboy ini dengan sangat cepat mengembalikan bola ke pemain yang akan melakukan lemparan ke dalam, sehingga secepat itu pula Barca kembali kepada tempo permainannya.
Barca juga membuat pekerjaan mereka dengan cerdik. Padahal, harusnya Milan sangat paham bahwa Barca akan memainkan formasi 3-4-3 untuk membuat banyak gol. Hal yang sama yang mereka melakukan tahun lalu saat melawan Chelsea di semifinal musim lalu.
Milan tampak terlalu bersikeras membuat keuntungan dengan gol tandang. Padahal ada 7 pemain Barca yang selalu berdiri di sepertiga lapangan pertandingan, Milan terlalu memaksa membangun possession dari garis belakang sehingga merkea selalu kehilangan bola karena pressing-pressing pemain Barca.
Barcelona sendiri bisa dibilang beruntung, karena Milan tidak mencetak gol di menit 37. Kala itu M'Baye Niang dari terlepas dari pengawalan setelah Mascherano salah membaca arah bola. Namun striker berusia 18 tahun ini tidak mampu memanfaatkan peluang setelah tendangannya hanya membentuk tiang gawang.
Dua menit sesudahnya, ada drama di ujung lain lapangan. Iniesta kembali menguasai bola dan memberikan bola kepada Messi di tepi area penalti. Dengan menggunakan 2 sentuhan saja striker Argentina ini memasukkan bola ke gawang Abbiati. Dengan gol ini, Barca memanfaatkan kelemahan Milan yang sulit mengantisipasi tendangan-tendangan dari luar kotak penalti.
Dari grafik di atas terlihat bahwa Milan sendiri memang sering kebobolan melalui tendangan jarak jauh. Messi kemudian memanfaatkan hal ini. Di gol pertama ia hanya melakukan sekali sentuhan begitu memasuki kotak penalti untuk kemudian melancarkan tendangan yang tidak diantisipasi Abbiati sama sekali. Sementara di gol kedua ia menendang dari luar kotak penalti.
Pergantian Pemain
Barcelona tahu bahwa satu gol dari Milan akan berarti untuk mereka dan Barcelona akan memerlukan empat gol untuk lolos. Bahkan, dalam kondisi unggul 3-0 posisi Barcelona pun masih rentan. Roura kemudian menginstruksikan Puyol dan Alexis Sanchez untuk menggantikan Mascherano dan Villa.
Di kubu lain, dimasukkannya Bojan Kirkic dan Robinho sedikit banyak menubah pola permainan Milan. Sayangnya para pemain pengganti ini tidak dengan cepat beradaptasi di lapangan. Substitusi ini membuat permainan lebih menarik karena lebih terbukas, karena Milan mencoba meraih poin dari gol tandang. Tapi, dari permainan yang sangat terbuka di 15 menit akhir itu pula-lah Barcelona kembali membobol gawang Milan dan membunuh perlawanan Milan.
Kesimpulan
Lebar lapangan, turnover Pedro, serta penempatan David Villa untuk menarik bek lawan jadi tiga faktor kunci dalam kemenangan Barca. Pilihan taktik ini lah yang mengembalikan mental juara Barca setelah mengalami pertandingan-pertandingan yang tidak mengenakkan di dua minggu terakhir.
Milan sendiri bukannya tidak bersinar pada malam itu, tapi memang Barca tampil dengan kinerja yang luar biasa. Mereka mampu mengambil alih pertandingan dari menit pertama serta mempertahankan energi menakutkan.
Perempat final akan menjadi satu partai yang akan menarik disaksikan. Beberapa tim yang lolos, secara kualitas, pun mampu mengganggu Barcelona. Namun, jika Barca telah mampu melewati titik terendah permainannya di pertandingan tadi malam, tim Eropa mana yang bisa membendung gelombang kenaikan mereka? Menarik untuk ditunggu.
Susunan tim:
Barcelona: Valdes; Pique, Mascherano, Jordi Alba; Xavi, Busquets, Iniesta; Messi; Dani Alves, Villa, Pedro
AC Milan: Abbiati, Abate, Zapata, Mexès, Constant, Flamini, Ambrosini, Montolivo, Niang, Boateng, El Shaarawy
No comments:
Post a Comment